Friday, February 20, 2009

Keji dan mungkar

Tadi waktu dengar khutbah Jumaat, banyak perkara yang disentuh membikin aku terpikir tentang bermacam-macam soal hukum agama. Apabila aku dengar khatib menyampaikan bahawa "sesungguhnya solat itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar", secara automatis minda aku coba mentafsir "keji dan mungkar". Waduh .. berat juga aku memikirkannya .. al-maklum kepala aku ini udah terlalu banyak mikirin urusan dunia hingga bikin stress. Kenapa ya .. begitu ramai orang yang solat ndak tinggal waktu, malah kalau solat cukup ganteng dengan kain pelikat atau baju melayu, tapi "keji dan mungkar" masih menguasai diri! Maaf ya? Aku lagi nafsir "keji dan mungkar" itu dari kacamata penjawat awam. Masihkah berlaku "keji dan mungkar"? Terserah kepada anda semua. Aku lebih terasa "mungkar" dari sudut lain, iaitu aku rasa bersalah kerna mungkin aku sendiri udah terjebak dengan satu aspek "mungkar", iaitu "kemunafikan" .. walaupun mungkin masih di skala yang kecil. Astaghfirullah!

Manakan tidak .. sewaktu menyampaikan ceramah, ngomong kayak presiden di hadapan audiens, aku pernah menyatakan untuk menjadi kaya dan senang di dunia ini sebenarnya bukan susah kok. Cukup mudah. Kerna bagi orang-orang yang beriman "kaya dan senang" itu ertinya "ada sedikit tapi cukup". Sesiapa saja yang bisa berpegang kepada prinsip hidup yang gituan, pasti akan merasa hidupnya cukup senang, kerna merasa puas dan bersyukur dengan rejeki karunia Allah swt., tentu sekali parallel dengan rukun iman yang ke-6, iaitu percaya kepada qada dan qadar. Justru orang-orang yang gituan akan hidup berpandukan kepada kemampuan, bukannya nafsu.

Ternyata aku udah terpeleset sedikit dari apa yang aku sendiri katakan. Kok akhir-akhir ini aku pandai merasa kurang cukup dengan apa yang aku miliki. Pandai merasa iri hari dengan apa yang orang lain ada. Padahal setelah dipikir-pikir, aku udah punya segalanya; isteri, anak, menantu, cucu, rumah, mobil, pekerjaan, laptop, printer, hape, home-theatre, broadband, sudu, garpu, chopstick, tikar, sejadah, songkok .. termasuk kucing 20 ekor! Malah aku dicemburui orang lain gara-gara pada usia ini, anak-anak aku udah gede dan sukses dalam studi dan mendapat pekerjaan .. lumayan. Aku lihat ada orang lain pada usia aku begini, masih bergelut sama masalah anak sekolah; ya yuran, ya transport, ya pembantu rumah, ya segala macem!! Lagi serius kalau dapat anak yang nimbulkan masalah, ndak mau belajar malah cuma pinter shuffle di pinggir jalan atau pusat kota kayak tenggiling mabok! Yang ndak punya wawasan, cuma mau bersenang-senang dan ngabisin harta orang tua.

Iya deh! Aku mau dan wajib belajar jadi orang yang lebih bersyukur atas nikmat yang diberi-Nya. Jangan sampai jadi orang yang mencari susah gara-gara ndak merasa puas dengan apa yang ada dan mau mengejar benda yang mustahil digapai. Ataupun gara-gara mau senang sanggup nginjak kepala orang lain. Jangan sampai mau eksen tapi utang keliling buntut. Jangan tampangnya keren, tinggal dalam gedong indah, omongan setinggi langit .. tapi terlari-lari ke sana sini gali lobang tutup lobang! Alhamdulillah kalau bertugas outstation, aku ndak perlu dan memang ndak pernah menuntut dibayar balik uang yang aku keluarkan untuk parkir mobil! Hehehehehehe!!

Aku juga idup sama utang kok .. namun utang aku yang terbesar sekarang cuma rumah sama mobil. Mengikut perkiraan aku, setelah aku berusia 56 tahun nanti (kalau masih idup), utang rumah sama mobil udah lunas!! Aku pula sudah opt untuk pensium pada usia 58 tahun. Bermakna selama dua tahun lagi aku bekerja (kalau masih idup!) dari umur 56 hingga 58, aku sudah terima gaji penuh!! Yahooooo!! Ndak ada potongan lagi!! Mujur rumah yang aku miliki sekarang bukan gedong mewah .. kalau iya .. dengan kedudukan dan gaji aku yang begini, mungkin sampai mati pun ndak dapat dilunaskan utangnya. Kan susah nanti "dipanggil pulang" sedangkan utang belum abis? Setidak-tidaknya uang pensiun dan gratuity aku nanti ndak perlu digunakan untuk bayar utang! Sah .. Tuhan itu adil! Maha adil. Subhannallahi walhamdulillahi wala ilaha illallahu Allahu akbar.

Ketemu lagi pak/bu.

No comments:

Post a Comment